Rabu, 02 April 2014

Tokoh Sosiologi beserta teorinya


1.    Auguste Comte (1798 - 1857)
Adalah seorang ilmuwan Perancis yang dijuluki sebagai "bapak sosiologi". Istilah “sosiologi” pertama kali digunakan pada tahun 1839 oleh Auguste Comte. Sebelumnya Comte menggunakan istilah “fisika sosial” yang sudah digunakan oleh Adolphe Quetelet, ahli matematika dari Belgia, untuk menunjuk studi statistika tentang gejala moral (1836), sehingga Comte mengubahnya menjadi “sosiologi” untuk menandakan ilmu pengetahuan masyarakat yang baru.
Comte adalah tokoh aliran positivisme yang paling terkenal. Kaum positivis percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dimana metode-metode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukum sosial kemasyarakatan. Aliran ini tentunya mendapat pengaruh dari kaum empiris dan mereka sangat optimis dengan kemajuan dari revolusi Perancis.

2.    Herbert Spencer (1820 - 1903) 
Adalah seorang filsuf Inggris dan seorang pemikir teori liberal klasik terkemuka. Meskipun kebanyakan karya yang ditulisnya berisi tentang teori politik dan menekankan pada "keuntungan akan kemurahan hati", dia lebih dikenal sebagai “bapak Darwinisme sosial”. Spencer seringkali menganalisis masyarakat sebagai sistem evolusi, ia juga menjelaskan definisi tentang "hukum rimba" dalam ilmu sosial. Dia berkontribusi terhadap berbagai macam subyek, termasuk etnis, metafisika, agama, politik, retorik, biologi dan psikologi. Spencer saat ini dikritik sebagai contoh sempurna untuk scientism atau paham ilmiah, sementara banyak orang yang kagum padanya di saat ia masih hidup.
Menurutnya, objek sosiologi yang pokok adalah keluarga, politik, agama, pengendalian sosial dan industri. Termasuk pula asosiasi, masyarakat setempat, pembagian kerja, pelapisan sosial, sosiologi pengetahuan dan ilmu pengetahuan, serta penelitian terhadap kesenian dan keindahan. Pada tahun 1879 ia mengetengahkan sebuah teori tentang Evolusi Sosial yang hingga kini masih dianut walaupun di sana sini ada perubahan. Ia juga menerapkan secara analog (kesamaan fungsi) dengan teori evolusi karya Charles Darwin (yang mengatakan bahwa manusia berasal dari kera) terhadap masyarakat manusia. Ia yakin bahwa masyarakat mengalami evolusi dari masyarakat primitif ke masyarakat industri. Herbert Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
Menurut Spencer, masyarakat adalah organisme dalam artian positivistis dan deterministis, tidak dalam artian metaforis. Sebagai suatu organisme, masyarakat berdiri sendiri dan berevolusi sendiri lepas dari kemauan dan tanggung jawab anggotanya, dan dibawah kuasa suatu hukum. Fungsi penyelaras dan pemersatu yang di dalam badan dilaksanakan oleh urat, di dalam badan sosial dilaksanakan oleh sistem pemerintahan.


3.    Émile Durkheim (1858 - 1917) 
      David Émile Durkheim (15 April 1858 - 15 November 1917) dikenal sebagai salah satu pencetus sosiologi modern. Ia mendirikan fakultas sosiologi pertama di sebuah universitas Eropa pada 1895, dan menerbitkan salah satu jurnal pertama yang diabadikan kepada ilmu sosial, L'Année Sociologique pada 1896.
Perhatian Durkheim yang utama adalah bagaimana masyarakat dapat mempertahankan integritas dan koherensinya di masa modern, ketika hal-hal seperti latar belakang keagamaan dan etnik bersama tidak ada lagi. Untuk mempelajari kehidupan sosial di kalangan masyarakat modern, Durkheim berusaha menciptakan salah satu pendekatan ilmiah pertama terhadap fenomena sosial. Bersama Herbert Spencer, Durkheim adalah salah satu orang pertama yang menjelaskan keberadaan dan sifat berbagai bagian dari masyarakat dengan mengacu kepada fungsi yang mereka lakukan dalam mempertahankan kesehatan dan keseimbangan masyarakat – suatu posisi yang kelak dikenal sebagai fungsionalisme.
Durkheim juga menekankan bahwa masyarakat lebih daripada sekadar jumlah dari seluruh bagiannya. Jadi berbeda dengan rekan sezamannya, Max Weber, ia memusatkan perhatian bukan kepada apa yang memotivasi tindakan-tindakan dari setiap pribadi (individualisme metodologis), melainkan lebih kepada penelitian terhadap "fakta-fakta sosial", istilah yang diciptakannya untuk menggambarkan fenomena yang ada dengan sendirinya dan yang tidak terikat kepada tindakan individu. Ia berpendapat bahwa fakta sosial mempunyai keberadaan yang independen yang lebih besar dan lebih objektif daripada tindakan-tindakan individu yang membentuk masyarakat dan hanya dapat dijelaskan melalui fakta-fakta sosial lainnya daripada, misalnya, melalui adaptasi masyarakat terhadap iklim atau situasi ekologis tertentu.


4.    Max Weber (1864 - 1920) 
      Maximilian Weber (lahir di Erfurt, Jerman, 21 April 1864 – meninggal di München, Jerman, 14 Juni 1920 pada umur 56 tahun) adalah seorang ahli ekonomi politik dan sosiolog dari Jerman yang dianggap sebagai salah satu pendiri ilmu sosiologi dan administrasi negara modern. Karya utamanya berhubungan dengan rasionalisasi dalam sosiologi agama dan pemerintahan, meski ia sering pula menulis di bidang ekonomi. Karyanya yang paling populer adalah esai yang berjudul Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, yang mengawali penelitiannya tentang sosiologi agama. Weber berpendapat bahwa agama adalah salah satu alasan utama bagi perkembangan yang berbeda antara budaya Barat dan Timur. Dalam karyanya yang terkenal lainnya, Politik sebagai Panggilan, Weber mendefinisikan negara sebagai sebuah lembaga yang memiliki monopoli dalam penggunaan kekuatan fisik secara sah, sebuah definisi yang menjadi penting dalam studi tentang ilmu politik Barat modern.
Karya Weber dalam sosiologi agama bermula dari esai Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme dan berlanjut dengan analisis Agama Tiongkok: Konfusianisme dan Taoisme, Agama India: Sosiologi Hindu dan Buddha, dan Yudaisme Kuno. Karyanya tentang agama-agama lain terhenti oleh kematiannya yang mendadak pada 1920, hingga ia tidak dapat melanjutkan penelitiannya tentang Yudaisme Kuno dengan penelitian-penelitian tentang Mazmur, Kitab Yakub, Yahudi Talmudi, Kekristenan dan Islam perdana. Tiga tema utamanya adalah efek pemikiran agama dalam kegiatan ekonomi, hubungan antara stratifikasi sosial dan pemikiran agama, dan pembedaan karakteristik budaya Barat.
Tujuannya adalah untuk menemukan alasan-alasan mengapa budaya Barat dan Timur berkembang mengikuti jalur yang berbeda. Dalam analisis terhadap temuannya, Weber berpendapat bahwa pemikiran agama Puritan (dan lebih luas lagi, Kristen) memiliki dampak besar dalam perkembangan sistem ekonomi Eropa dan Amerika Serikat, tapi juga mencatat bahwa hal-hal tersebut bukan satu-satunya faktor dalam perkembangan tersebut. Faktor-faktor penting lain yang dicatat oleh Weber termasuk rasionalisme terhadap upaya ilmiah, menggabungkan pengamatan dengan matematika, ilmu tentang pembelajaran dan yurisprudensi, sistematisasi terhadap administrasi pemerintahan dan usaha ekonomi. Pada akhirnya, studi tentang sosiologi agama, menurut Weber, semata-mata hanyalah meneliti meneliti satu fase emansipasi dari magi, yakni "pembebasan dunia dari pesona" ("disenchanment of the world") yang dianggapnya sebagai aspek pembeda yang penting dari budaya Barat.

5.    Charles Horton Cooley (1864 - 1929)

C. H Cooley (lahir 17 Agustus 1864 – meninggal 8 Mei 1929 pada umur 64 tahun) lahir di Michigan, Amerika Serikat, dia adalah anak seorang ahli hukum terkenal yaitu Thomas M. Cooley. Pada mulanya dia belajar teknik mesin elektro, kemudian dia juga belajar ekonomi. Setelah lulus akademis dia bekerja di pemerintahan seperti di departemen komisi pengawas, kemudian juga di kantor sensus. Pada tahun 1892 dia menjadi dosen ilmu ekonomi, politik, serta sosiologi di universitas Michigan. Pemikiran Cooley banyak dipengaruhi oleh George Herbert Mead dan Sigmund Frued. Cooley tergolong dalam sosiolog interaksionisme simbolik klasik.
Cooley mempelajari tentang aspek psikologi sosial dari kehidupan sosial. Cooley menekuni tentang kesadaran. Yang terkenal adalah konsep cermin diri (the looking glass self), yang menyatakan bahwa manusia memiliki kesadaran dan kesadaran itu terbentuk dalam interaksi sosial yang berlanjut. Selain itu adalah konsep kelompok primer, yakni kelompok yang hubungan antara anggotanya sangat akrab dan bertatap muka dalam arti saling mengenal kepribadian masing-masing. Baik Cooley maupun Mead menolak pandangan behavioristik tentang manusia, pandangan yang menyatakan manusia (individu) memberikan respon secara membabi buta dan tanpa kesadaran terhadap rangsangan dari luar. Ia menganjurkan sosiolog mencoba menempatkan diri di tempat aktor yang diteliti dengan menggunakan metode introspeksi simpatetik untuk menganalisis kesadaran itu. Sosiologi seharusnya memusatkan perhatian pada fenomena psikologi sosial seperti kesadaran, tindakan, dan interaksi.
Menurut Charles H. Cooley; “Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang pentingan dalam kerjasama yang berguna”.




6.    Ferdinad Tonnies (1855-1936)

Ferdinand Tonnies memiliki berbagai karya diantaranya Gemeinschaft und Gesellschaft (yang dipublikasikan pertamakali pada tahun 1887) yang selanjutnya diedit dan di alihbahasakan kedalam bahasa Inggris menjadi Community and Society (1957) oleh Charles P. Loomis, karyanya yang lain yang berupa essai-essai tentang sosiologi terdapat di dalam bukunya Einfuhrung in die Soziologie (An Introduction to Sociology).
Diakhir usianya Tonnies adalah seorang yang aktif menentang gerakan NAZI di Jerman dan seringkali ia diundang menjadi Professor tamu di University of Kiel, setelah hampir masa hidupnya ia gunakan untuk melakukan penelitian, menulis, dan mengedit karya para sosiolog dimasanya.
Tonnies memiliki teori yang penting yang akhirnya berhasil membedakan konsep tradisional dan modern dalam suatu organisasi sosial, yaitu Gemeinschaft (yang diartikan sebagai kelompok atau asosiasi) dan Gesellschaft (yang diartikan sebagai masyarakat atau masyarakat modern-istilah Piotr Sztompka). Setelah sebelumnya Weber menegaskan bahwa ia melihat bahwa perubahan masyarakat terlihat pada kecenderungan menuju rasionalisasi kehidupan sosial dan organisasi sosial di segala bidang (pertimbangan instrumental, penekanan efisiensi, menjauhkan diri dari emosi dan tradisi, impersonalitas, manajemen birokrasi dan sebaliknya). Senada dengan hal itu, Durkheim menegaskan bahwa perkembangan pembagian kerja pun akan didikuti integrasi masyarakat melalui “solidaritas organik” yang menimbulkan ikatan yang saling menguntungkan dan kontribusi anggota masyarakat akan saling melengkapi.


7.    Leopold von Wiese ( 1876-1949 )
      Ia seorang sosiololog dari Jerman. Ia beranggapan bahwa sosilogi adalah ilmu pengetahuan empiris yang berdiri sendiri.. Menurutnya “sosiologi” adalah penelitian terhadap hubungan antar manusia yang merupakan kenyataan sosial. Objek sosiologi adalah interaksi sosial atau proses sosial. Ia meneliti tentang klasifikasi proses-proses sosial, yang menekankan pada proses sosial asosiatif dan disosiatif. Setiap kategori proses-proses sosial dibagi-bagi lagi menjadi proses yang lebih kecil.
Menurutnya Sosiologi harus memusatkan perhatian pada hubungan-hubungan manusia tanpa mengaitkannya dengan tujuan-tujuan atau kaidah-kaidah. Sosiologi harus mulai dengan pengamatan terhadap perilaku kongkrit tertentu. Ajarannya bersifat empiris dan dia berusaha untuk mengadakan kuantifikasi, terhadap proses-proses sosial yang terjadi. Proses sosial merupakan hasil perkalian dari sikap dan keadaan, yang masing-masing dapat diuraikan ke dalam unsur-unsurnya secara sistematis.
Ia juga meneniliti tentang struktur sosial. Menurutnya struktur sosial merupakan saluran dalam hubungan antar manusia. Hasil karyanya antara lain:
The basic of sociology: a critical examination of Herbert spencer’s synthetic philosophy ( 1906 ) General sociologi, jilid.I Social relations ( 1924 ) dan jilid II tahun 1929.

8.    Alfred Vierkandt ( 1867-1953 ) 
Pada mulanya ia berpendapat bahwa kajian sosiologi adalah membahas tentang sejarah kebudayaan. Kemudian ia berpandangan lain bahwa kajian sosiologi adalah interaksi sosial dan hasil dari interaksi tersebut. Menurutnya masyarakat adalah himpunan-himpunan interaksi sosial, sehingga sosiologi bertugas untuk mengkontruksikan teori-teori tentang masyarakat dan kebudayaan. Setiap masyarakat merupakan kebulatan dimana masing-masing unsur saling mempengaruhi. Menurutnya dasar struktur sosial adalah ikatan emosional, tak ada konflik antara kesadaran individu dengan kelompoknya. Hubungan antar individu merupakan mata rantai, hubungan tersebut akan timbul dan akan hilang, akan tetapi struktur dan tujuan kelompok sosial akan tetap bertahan. Sosiologi juga mempelajari bentuk-bentuk struktur sosial tersebut.
Hasil karyanya, Primitive and civilized people (1896), Inertia in culture change (1908 ), Theory of society; Main problem of philosophical sociologi ( 1922 )
Sosiologi menyoroti situasi-situasi mental. Situasi-situasi tersebut tak dapat dianalisis secara tersendiri, akan tetapi merupakan hasil perilaku yang timbul sebagai akibat interaksi antar individu-individu dan kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dengan demikian, tugas sosiologi adalah untuk menganalisis dan mengadakan sistematika terhadap gejala sosial dengan jalan menguraikannya ke dalam bentuk-bentuk kehidupan mental. Hal itu dapat ditemukan dalam gejala-gejala seperti harga diri, perjuangan, simpati, imitasi dan lain sebagainya. Itulah prekondisi suatu masyarakat yang hanya dapat berkembang penuh dalam kehidupan kelompok atau dalam masyarakat setempat (community). Oleh karena itu sosiologi harus memusatkan perhatian terhadap kelompok-kelompok sosial.


9.    Lester Frank Ward (1841-1913)
Sosiologi bertujuan untuk meneliti kemajuan-kemajuan manusia. Ia membedakan antara pure sociology (sosiologi murni) yang meneliti asal dan perkembangan gejala-gejala sosial, dan apllied sociology (sosiologi terapan) yang khusus mempelajari perubahan-perubahan dalam masyarakat karena usaha-usaha manusia.
Kekuatan dinamis dalam gejala sosial adalah perasaan.
Ward menerima gagasan bahwa manusia berkembang dari bentuk yang lebih rendah ke statusnya yang seperti sekarang. Ia yakin bahwa masyarakat kuno ditandai oleh kesederhanaan dan kemiskinan moral, sedangkan masyarakat modern lebih kompleks, lebih bahagia dan mendapatkan kebebasan lebih besar. Menurutnya, sosiologi tidak hanya bertugas meneliti kehidupan sosial saja, tetapi harus pula menjadi lmu terapan. Sosiologi terapan ini meliputi kesadaran yang menggunakan pengetahuan ilmiah untuk mencapai kehidupan masyarakat yang lebih baik.


                                                                                                                                       

10.  Vilfredo Pareto (1848 - 1923)
Sosiologi didasarkan pada observasi terhadap tindakan-tindakan, eksperimen terhadap fakta-fakta dan rumus-rumus matematis. Masyarakat merupakan sistem kekuatan yang seimbang dan keseimbangan tersebut tergantung pada ciri-ciri tingkah laku dan tindakan-tindakan manusia dan tindakan-tindakan manusia tergantung dari keinginan-keinginan serta dorongan-dorongan dalam dirinya.
Pareto terkenal dengan kriteria efisiensi ekonominya juga diakui sebagai pendiri sosiologi abab ke-20 (bersama-saa Durkheim dan Weber). Penekanan Pareto pada akar-akar hukum didalam sumber-sumber yang menentang analisis rasional ortodoks dan cara dibangunnya pembenaran logis diatas pondasi non-logos masih bermanfaat.
Pareto dalam bukunya “The Mind and Society” mencoba menyangkal Marxisme dengan jalan mengakui eksistensi dari klas penguasa (the ruling clas) atau kelompok elite, dengan menyatakan pendapatnya bahwa kaum elite tidak perlu mendapatkan posisinya berkat supremasi ekonomisnya, dan bahwa perubahan sosial dan perubahan politik akan terjadi oleh adanya sirkulasi dari kaum elitenya yang tidak perlu didukung oleh faktor-faktor ekonomi.


11.  George Simmel ( 1858-1918 )
Lahir di Berlin 1858. Ia menyelesaikan studinya dibidang filsafat. Ia memberikan kontribusi yang cukup besar pada konsep tindakan timbal balik dan ikatan sosial. Naskahnya tahun 1909 yang berjudul “Brucke und tur (jembatan dan pintu)”, baginya kehidupan sosial merupakan gerakan yang tidak henti-hentinya membangun kembali model hubungan antar individu. Tindakan yang dilakukan oleh seseorang akan memberikan pengaruh pada sesamanya. Tindakan ini dituntun oleh keseluruhan motivasi yang beragam dan tanpa pernah berhenti bergerak itulah totalitas seluruh tindakannya yang memberi kontribusi untuk mempersatukan totalitas individu menjadi masyarakat global.
Menurutnya produk dari tindakan timbal balik itu sebagai”bentuk sosial” (forms sociale) yang terdiri dari :
1. Bentuk yang bersifat permanen (keluarga, Negara, gereja, perusahaan, partai politik, dsb) ini yang disebut lembaga atau institusi.
2. Bentuk-bentuk yang merupakan skema prabangun dan dengan skema inilah berbagai organisasi dibentuk (hirarkhi, persaingan, konflik, pengalaman, pembagian kerja dll) ini merupakan bentuk-bentuk yang tengah terbentuk.
3. Bentuk-bentuk yang membentuk batas umum terjadinya sosialisasi (politik, ekonomi, hokum, pendidikan dll) ini disebut konformasi.
4. Bentuk-bentuk yang berlansung singkat berupa ritus-ritus harian (kebiasaan , makan, berjalan bersama, sentuhan , sopan santun dll) ( Anthony Gidden, 2008 )
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang khusus, yaitu satu-satunya ilmu pengetahuan analitis yang abstrak di antara semua ilmu pengetahuan
kemasyarakatan. Objek sosiologi adalah bentuk-bentuk hubungan antar manusia.
Elemen-elemen masyarakat mencapai kesatuan melalui bentuk-bentuk yang mengatur hubungan antara elemen-elemen tersebut. Pelbagai lembaga di dalam masyarakat terwujud dalam bentuk superioritas, subordinasi dan konflik. Semua hubungan-hubungan sosial, keluarga, agama, peperangan, perdagangan, kelas-kelas dapat diberi karakteristik menurut salah satu bentuk diatas atau ketiga-ketiganya. Menurutnya, seseorang menjadi warga masyarakat untuk mengalami proses individualisasi dan sosialisasi. Tanpa menjadi warga masyarakat tak akan mungkin seseorang mengalami proses interaksi antara individu dengan kelompok.
Dengan kata lain, apa yang memungkinkan masyarakat berproses adalah bahwa setiap orang mempunyai peranan yang harus dijalankannya. Maka, interaksi individu dengan kelompok hanya dapat dimengerti dalam kerangka peranan yang dilakukan oleh individu.


12.  William Graham Sumner (1840-1910)
Sistem sosiologi Sumner (seorang Amerika) didasarkan pada konsep in-group dan out-group. Masyarakat merupakan peleburan dari kelompok-kelompok sosial. Kebiasaan dan tata kelakuan merupakan petunjuk-petunjuk bagaimana harus memperlakukan warga-warga sekelompok maupun warga-warga dari kelompok lainnya. Apabila suatu kebiasaan dianggap demikian pentingnya bagi kesejahteraan kelompok sosial, maka kebiasaan tersebut menjadi tata kelakuan atau moral kelompok yang mempunyai sanksi-sanksi yang tegas. Menurut Sumner ada empat dorongan yang universal dalam diri manusia yaitu rasa lapar, rasa cinta, rasa takut dan rasa hampa. Dari dorongan tersebut timbullah kepentingan-kepentingan yang menyebabkan terjadinya pola-pola kegiatan kebudayaan. Karena itu, keempat dorongan tersebut merupakan kekuatan-kekuatan sosial yang terpokok.
Hasil karyanya adalah: Collected Essays on Political and Science (1885), What social classes owe to folkways (1907), Selected essays of William Graham Sumner (1924), The science of sociology (dengan A.C. Keller, 1927), Essays of William Graham Sumner (2 jilid, 1934).
Salah satu karyanya Folkways. Folkways dimaksudkan dengan kebiasaan-kebiasaan sosial yang timbul secara tidak sadar dalam masyarakat, kebiasaan-kebiasaan mana menjadi bagian dari tradisi. Hampir semua aturan-aturan kehidupan sosial, upacara sopan-santun, kesusilaan, dan sebagainya, termasuk dalam Folkways tersebut. Aturan-aturan tersebut merupakan kaidah-kaidah kelompok yang masing-masing mempunyai tingkat atau derajat kekuatan yang berbeda-beda. Apabila kaidah-kaidah tadi dianggap sedemikian pentingnya, maka kaidah-kaidah tadi dinamakan tata kelakuan (mores). Kaidah-kaidah tersebut tidaklah menjadi bagian dari suatu masyarakat secara menyeluruh, dan oleh karena itu sumner membedakan antara kelompok sendiri (in-gropus) dengan kelompok luar (out-groups). Pembedaan ini ditujukan untuk dapat memberikan petunjuk bahwa ada orang-orang yang diterima dalam suatu kelompok dan ada pula yang tidak. Pembedaan tersebut menimbulkan pelbagai macam antagonisme, pertentangan serta pertikaian.


13.  Robert Ezra Park (1864-1944)
Park dianggap sebagai pelopor dari salah satu mahzab dalam ilmu sosiologi yaitu mahzab ekologi yang diakui sebagai cabang ilmu sosiologi pada 1925 oleh suatu pertemuan American sociological society. Pokok ajarannya adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa sosiologi meneliti masyarakat setempat dari sudut hubungan antar manusia. Park memimpin sejumlah besar penyeledikan mengenai pelbagai peristiwa dalam pergaulan hidup kota dan mengenai sifat-sifat suatu bangsa. Namanya terkenal karena telah mengarang sebuah buku pengantar sosiologi (bersama Burgess) yang berjudul: introduction to the science of sociology pada 1921. dalam buku ini, Park membahas semua persoalan ilmu sosiologi, yang sebagian diambil dari kupasan-kupasan hasil karya sarjana sosiologi terkemuka. Bukunya berpengaruh besar pada perkembangan lanjut ilmu sosiologi terutama di Amerika Serikat.
Hasil karyanya adalah: Race and culture (diterbitkan pada 1950, setelah dia meninggal dunia), dan sebelumnya dia telah menulis sebuah buku bersama dengan H.A. Miller (pada 1921) yang berjudul: Old World Traits Transplanted.



14.  Karl Mannheim (1893-1947)
Karl Mannheim mula-mula adalah seorang guru besar Universitas Frankurt-am-Main di Jerman. Kemudian pindah dan menetap di Inggris, dimana dia menjadi guru besar Universitas London. Mannheim telah banyak menyumbangkan buah pikirannya bagi perkembangan sosiologi. Antara lain dipeloporinya suatu cabang sosiologi, yang dinamakannya sosiologi pengetahuan, yang khusus menelaah hubungan antara masyarakat dengan pengetahuan. Kemudian, teorinya yang sangat terkenal adalah mengenai krisis. Akar dari segenap pertentangan yang menimbulkan krisis terletak dalam ketegangan-ketegangan yang timbul di semua lapangan kehidupan, karena asas laissez faire berdampingan dengan asas-asas yang baru dalam kehidupan ekonomi. Ini berlaku pula bagi lapangan-lapangan kehidupan lainnya. Perimbangan-perimbangan dalam masyarakat menurut asas yang baru, dan dalam hal ini manusialah yang harus memberi bentuk kepada perimbangan-perimbangan baru tadi. Akan tetapi dalam hal ini manusia gagal melakukannya. Inilah yang meyebabkan krisis. Menurut Mannheim yang sangat perlu adalah diadakannya suatu planning for freedom, yaitu semacam perencanaan yang diawasi secara demokratis dan menjamin kemerdekaan aktivitas-aktivitas individu perimbangan tersebut diatas. Dalam rangka planning for freedom tersebut, Mannheim merintis pembentukan The International Library of Sociology and Social Reconstruction yang bertujuan untuk menelaah (secara ilmiah) persoalan-persoalan ekonomi dan perencanaan sosial yang merupakan persoalan penting dewasa ini.

1 komentar: